Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Lima Puisi Pilihan Karya Pulo Lasman Simanjuntak: Sebuah Renungan Kritis Tentang Kehidupan

Selasa, 14 Januari 2025 | 19:35 WIB | 0 Views Last Updated 2025-01-14T12:41:23Z
Foto : Pulo Lasman Simanjuntak adalah penyair senior kelahiran Surabaya, Karya-karyanya telah diterbitkan dalam tujuh antologi puisi tunggal dan 35 antologi bersama penyair dari seluruh Indonesia.

JAKARTA || rodajurnalis.com – Pulo Lasman Simanjuntak, seorang penyair kawakan kelahiran Surabaya, kembali menghadirkan lima puisi pilihan yang menggugah kesadaran pembaca tentang berbagai isu kehidupan. Dengan gaya bahasa yang lugas dan metafora yang dalam, puisi-puisi ini mengangkat tema kritis seperti urbanisasi, kemiskinan, kelaparan, hingga kesenjangan sosial yang membelit masyarakat.


Berikut adalah lima puisi terbaik karya Pulo Lasman Simanjuntak:


1. Ranjang Maut

Dalam puisi ini, Pulo menggambarkan perjalanan tragis seseorang yang menghadapi ketidakpastian hidup di ranjang terakhirnya. Dengan suasana yang gelap, ia merangkai kata-kata yang memunculkan ironi kematian dan keterasingan di akhir hayat.


"Kalau kematianku tiba, biarlah dibungkus kain kafan tua, sebab peti mati terlalu mahal," ungkap sang penyair, menggambarkan kesenjangan yang begitu nyata.

Foto : Ilustrasi, Puisi ranjang maut

2. Lelaki Tak Berkelamin

Puisi ini mencerminkan ketakutan, kepedihan, dan kegelisahan seorang lelaki yang kehilangan identitasnya di tengah derasnya perubahan sosial. Dengan simbol-simbol tubuh yang rapuh, puisi ini menjadi renungan akan hilangnya harapan bagi mereka yang terpinggirkan.


"Lelaki tak berkelamin, pingsan, menabur bunga mawar di atas ranjang tak punya pengharapan."


3. Lelaki Mata Tuli Jatuh di Ranjang Sepi

Karya ini mengeksplorasi perjalanan seorang lelaki yang hidup dalam keterasingan. Dengan metafora kertas emas dan batu sebagai bantal, Pulo menggambarkan absurditas hidup yang terjerat oleh krisis ekonomi dan sosial.


"Ia ingin memeluk negeri khatulistiwa ini, tanpa kelaparan lagi," menjadi seruan bagi pembaca untuk merenungkan nasib bangsa di tengah keterpurukan.


4. Kelaparan Akut (Episode Dua)

Puisi ini hadir sebagai jeritan atas fenomena kemiskinan akut yang melanda masyarakat. Dalam suasana pandemi dan kenaikan harga bahan pokok, Pulo menuliskan pergulatan hidup yang penuh duka.


"Sebab masa kelaparan telah tiba di depan pintu negerimu, nusantara," menjadi pengingat tajam akan tantangan yang harus dihadapi bangsa ini.


5. Sajak Kritis

Melalui Sajak Kritis, Pulo memotret kehidupan yang sunyi dan penuh ironi. Ia mengajak pembaca untuk merenungkan peran mereka dalam dunia yang semakin kehilangan empati.


"Membuat sajakku semakin kelaparan, mau kemana tubuhmu dibawa ke padang ilalang," menjadi simbol kegelisahan yang dirasakan oleh masyarakat bawah.

Tentang Pulo Lasman Simanjuntak


Pulo Lasman Simanjuntak adalah penyair senior kelahiran Surabaya, 20 Juni 1961. Karya-karyanya telah diterbitkan dalam tujuh antologi puisi tunggal dan 35 antologi bersama penyair dari seluruh Indonesia. Puisinya juga telah melintasi batas negara, diterbitkan di Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Republik Demokratik Timor Leste, Bangladesh, dan India.


Sebagai seorang wartawan yang bermukim di Pamulang, Tangerang Selatan, Pulo kerap diundang untuk membaca puisi di berbagai panggung seni, termasuk di Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) Taman Ismail Marzuki (TIM).


Puisi-puisi pilihan ini merupakan pengingat bahwa seni budaya, khususnya puisi, adalah medium yang mampu menyuarakan isu-isu sosial dengan penuh keindahan dan ketajaman.***(red)


__________________________________________________

#PuloLasmanSimanjuntak 

#SeniBudaya

#Puisi

#TamanIsamilMarzuki

×
Berita Terbaru Update