![]() |
Foto : Teks foto : Kak Toto berfoto sewaktu ikut pameran ArtKyoto 2023, Tonan Sumi -Yagura- Nijo-Jo Castle Kyoto Jepang. (Doc.Ist/Kir/Lasman) |
JAKARTA || rodajurnalis.com – Mewujudkan ekosistem seni yang inklusif, di mana anak-anak berkebutuhan khusus memiliki ruang untuk berekspresi, berkembang, dan mendapatkan kesempatan setara dalam dunia seni, menjadi visi utama Timotius Suwarsito atau yang lebih dikenal sebagai Kak Toto.
Sebagai seniman, pendidik, dan mentor seni bagi anak berkebutuhan khusus, Kak Toto telah lebih dari dua dekade mendedikasikan diri untuk membuka akses seni bagi mereka yang kerap terpinggirkan. Dalam wawancara di Jakarta, Minggu (23/2/2025), ia memaparkan visi serta misinya dalam memperjuangkan seni sebagai ruang inklusif bagi semua.
Lima Misi untuk Seni Inklusif
Menurut Kak Toto, ada lima poin utama dalam misinya membangun ekosistem seni bagi anak berkebutuhan khusus:
- Pengajaran yang Adaptif – Mengembangkan metode pembelajaran seni yang disesuaikan dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus.
- Meningkatkan Kesadaran Masyarakat – Menjadikan seni sebagai media terapi dan ekspresi diri bagi anak berkebutuhan khusus.
- Pameran dan Kegiatan Seni – Menyelenggarakan ajang yang memberi ruang bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk menampilkan bakat mereka.
- Kolaborasi dan Advokasi – Bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memperjuangkan hak anak berkebutuhan khusus dalam dunia seni.
- Pelatihan Guru dan Pendamping – Membekali tenaga pengajar dan pendamping dengan keterampilan yang lebih baik dalam membimbing anak berkebutuhan khusus di bidang seni.
![]() |
Foto : Teks foto : Kak Toto berfoto sewaktu ikut pameran ArtKyoto 2023, Tonan Sumi -Yagura- Nijo-Jo Castle Kyoto Jepang. (Doc. Ist/Kir/Lasman) |
Perjalanan Kak Toto di Dunia Seni Inklusif
Lahir di Jakarta pada 26 Januari 1975, Kak Toto awalnya menekuni seni lukis sebelum akhirnya menggunakan seni sebagai sarana pemberdayaan anak berkebutuhan khusus. Sejak 2001, ia aktif mengajar seni di berbagai institusi seperti Mitra Hadiprana Art Centre, Credo Art Space, Yayasan Bina Abyakta, Sekolah Cita Buana, Sekolah Cikal, dan Rumah Kerja I'm Star.
Pada 2018, ia mendirikan Outsider Art Jakarta Studio, sebuah ruang bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk belajar dan menampilkan karya seni mereka.
Sebagai mentor, Kak Toto turut mengantarkan murid-muridnya ke berbagai pameran prestisius, termasuk di Istana Cipanas atas undangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2008) serta Istana Kepresidenan Bogor atas undangan Presiden Joko Widodo (2015). Karyanya juga telah dipamerkan di berbagai galeri dan institusi seni ternama di Indonesia.
Selain mengajar dan berkarya, Kak Toto aktif menjadi pembicara dalam seminar nasional maupun internasional tentang seni sebagai media terapi dan komunikasi bagi anak berkebutuhan khusus. Ia juga menjadi inisiator Festival Bebas Batas Art Brut Indonesia, yang mempertemukan seniman berkebutuhan khusus dari berbagai negara.
Tak hanya di ruang galeri, Kak Toto juga terlibat dalam proyek seni publik bersama anak-anak berkebutuhan khusus, seperti mural di halte busway Kampung Melayu, bus Transjakarta, dan Galeri Nasional.
Membangun Jembatan Inklusi Melalui Seni
Dengan konsistensinya dalam memperjuangkan seni inklusif, Kak Toto terus mendorong pemerintah dan masyarakat untuk lebih peduli terhadap pendidikan seni bagi anak berkebutuhan khusus.
"Saya percaya bahwa seni bukan sekadar media ekspresi, tetapi juga jembatan untuk membangun inklusi dan keberagaman di masyarakat," ujarnya.
Melalui dedikasi dan kerja kerasnya, ia berharap dapat menciptakan ekosistem seni yang lebih ramah dan terbuka bagi semua individu, tanpa terkecuali.***
__________________________________________________
Pewarta : Lasman Simanjuntak