JAKARTA || rodajurnalis.com – Komponis dan pianis kenamaan Ananda Sukarlan membuka tahun 2025 dengan konser istimewa bertajuk "Gen Alpha of Classical Music". Dalam konser yang digelar di Galeri Seni Mitra Hadiprana, Jakarta Selatan, Minggu (19/1/2025),
Ananda memperkenalkan empat musikus muda berbakat yang merupakan pemenang kompetisi musik klasik bergengsi di Indonesia, Ananda Sukarlan Award (ASA) dan Kompetisi Piano Nusantara Plus (KPN+).
Konser dan Gala Dinner Bertabur Talenta Muda
Konser yang dihadiri sekitar 100 penonton ini dimulai pukul 15.00 WIB, diawali dengan ramah tamah dan cocktail. Empat musikus muda yang tampil, yakni soprano Freya Murti Pramudita, pemain biola Veeshan Nathaniel Tandino, serta dua pianis muda, Samuel Dazhill dan Michael Anthony, memukau penonton dengan performa mereka.
"Konser ini bukan sekadar ajang pamer kemampuan. Saya ingin para musikus muda menggunakan musik sebagai medium ekspresi, berinteraksi dengan isu sosial, dan membangun identitas mereka," ujar Ananda Sukarlan.
Freya, pemenang KPN+, membawakan sejumlah tembang puitik gubahan Ananda Sukarlan berdasarkan puisi karya penyair ternama seperti D. Zawawi Imron, Tan Lioe Ie, dan Pulo Lasman Simanjuntak. Ananda juga mengiringi penampilan Freya di piano saat ia menyanyikan "Aku Ingin Menangis" (puisi D. Zawawi Imron) yang mendapatkan interpretasi mendalam.
Veeshan Nathaniel Tandino, pemain biola berusia 13 tahun, tampil memukau dengan karya "Fantasy on Tapanuli Folksongs". Veeshan merupakan peserta termuda yang pernah lolos audisi G20 Orchestra tahun 2022, dan kini ia semakin matang di bawah bimbingan para mentor seperti Lidya Evania Lukito dan Maulida Nur Isnaini.
Kedua pianis muda, Samuel Dazhill dan Michael Anthony, juga menunjukkan performa luar biasa. Michael, seorang tunanetra dan autis, membawakan Rapsodia Nusantara No. 7 yang terinspirasi lagu tradisional Papua, sementara Samuel tampil dengan Rapsodia Nusantara No. 8 berdasarkan lagu daerah Manado. Penampilan mereka didukung megahnya grand piano Yamaha yang menambah kemeriahan konser.
Rayakan Puisi dan Budaya Nusantara
Konser ini juga menjadi ajang perayaan Hari Puisi Indonesia dan Tahun Baru Imlek. Ananda Sukarlan menggubah sejumlah puisi penyair kenamaan menjadi tembang puitik, termasuk "Malam Cahaya Lampion" karya Tan Lioe Ie. Selain itu, ia memainkan Rapsodia Nusantara No. 36 yang terinspirasi lagu Banten "Dayung Sampan", yang populer secara global sebagai "Tian Mi Mi" versi Teresa Teng.
Menurut Ananda, Rapsodia Nusantara menjadi simbol kekayaan musik tradisional Indonesia. "Beda provinsi, beda bahasa, berarti beda ritme dan melodi. Saya ingin musikus Indonesia semakin sadar dan mencintai kekayaan budaya ini," ujarnya.
ASA 2025: Barometer Musik Klasik Indonesia
Setelah keberhasilan KPN+ pada 2024 dengan rekor 477 peserta, Ananda Sukarlan Award (ASA) 2025 kembali digelar untuk mencari musikus terbaik Indonesia. Ananda berharap kompetisi ini terus menjadi barometer kualitas musik klasik Indonesia yang telah melahirkan talenta berbakat sejak 2008.
Tahun ini, ASA memperkenalkan aturan baru untuk kategori tembang puitik. Para peserta tingkat profesional diwajibkan membawakan tiga lagu dari tiga penyair Indonesia yang berbeda, guna mendorong eksplorasi terhadap karya-karya penyair yang lebih beragam.
"Generasi Alpha telah membuktikan bahwa usia muda bukan halangan untuk tampil dengan kualitas tinggi. Semakin banyak orang tua yang menyadari bahwa profesi seniman adalah sesuatu yang tidak bisa digantikan oleh teknologi seperti AI," kata Ananda, yang juga penerima penghargaan bergengsi dari Kerajaan Spanyol dan Italia.
ASA 2025 akan mencapai puncaknya pada babak final yang digelar 12-13 Juli 2025. Kompetisi ini diharapkan kembali menjadi panggung bagi musikus muda Indonesia untuk menampilkan bakat dan musikalitas mereka di kancah nasional dan internasional.***(red)
Kontributor: Lasman Simanjuntak